PENDIDIKAN DI ZAMAN MILENEAL
Beberapa akhir ini penduduk di Indonesia digegerkan oleh
polah langkah hidup anak-anak remaja usia sekolah dengan sikap tidak hormat
yang dipertontonkan seolah itu adalah prestasi yang menggoreskan kebanggaan. Apa
yang mereka lakukan di media online tersebut memang membuat terkenal, banyak
yang ingin tahu siapa gerangan yang menari secara erotis didepan guru,
menantang guru, bahkan memukul gurunya sendiri. Anak-anak generasi penulis yang
khsusnya lahir pada tahun 1990an pasti masih sempat merasakan hangatnya kasih
bapak/ibu guru kita dengan sedikit belaian kasih melalui kedua tanganya, atau
bahkan mungkin kakinya pun sempat mendarat menyampaikan rasa kasih yang begitu
mendalam. Memang gaya pendidikan melalui kekerasan itu tidak baik, tapi
setidaknya kami dibuat menjadi memiliki sikap respect yang tinggi, awal mula
sangat susah untuk menerima hal demikian, namun lambat laun seiring
bertambahnya umur dan semakin bulat perut indah ini makin kesini makin tersadar
apa yang guru tersebut lakukan tempo dulu adalah memperingatkan akan apa yang
tidak baik yang telah penulis lakukan.
Kini terkenal zaman milenial meskipun penulis tidak tahu
arti milenial tapi penulis sepakat bahwa jaman mileneal ini merupakan zaman
yang sepenuhnya bergantung pada gadget dan kuota. Media sosial tercipta kini
semakin membentuk manusia yang antisosial. game, applikasi, dan fitur-fitur
dari gadget sendiri mempunyai peranan yang sangat penting meskipun yang paling
penting adalah kuota. Tetapi penulis harap para pembaca setuju bahwa untuk
pembahasan saat ini gadget& applikasi memberikan pengaruh yang sangat
dominan.
Penulis memiliki tetangga karena penulis tinggal di sebuah
kontrakan yang sangat kecil, tetangga penulis memiliki anak berusia 5 tahun,
usia 5 tahun saat ini sudah pandai memainkan game sekelas PUBG yang pasti
sangat membutuhkan waktu yang sangat lama jika itu kita ajarkan kepada orang
tua kita. tapi anak ini seolah mendapat talenta dari Tuhan untuk memainkan game
tersebut secara profesional sehingga membuat iri para orang tua tetangga
penulis.
Bagaimana pendidikan
bisa maksimal di era mileneal ini?
Saat ini guru dituntut memiliki kekreatifan tanpa batas,
karena yang paling utama bukan metode tetapi hubungan yang baik antara guru dan
murid, ketika guru memiliki hubungan yang baik entah mengapa hubungan tersebut
selalu membuahkan sikap hormat yang dimunculkan oleh murid tersebut.
Jadi tidak hanya metode yang harus dikembangkan tetapi
hubungan yang akur antara guru dan murid perlu kita pikirkan. Anak-anak
mileneal sebenarnya mereka mempuyai kekritisan yang sangat luar biasa, untuk
saat ini informasi mudah sekali diperoleh, hanya dengan gadget ditangan
pertanyaan-pertanyaan yang dulu sangat susah sekali kini mudah sekali untuk
ditiru penyelesaianya.
Memanfaatkan apa yang
ada.
kini kita bisa gunakan apapun sebagai pelengkap bahan ajar
kita. tentunya tuntutan ini pasti akan menambah beban bagi sang guru, tapi mari
kita pikirkan hasil yang bisa ktia dapatkan jika kita mampu mengolahnya secara
maksimal. Penulis memiliki pengalaman mengajar mengenai spiritualitas,, ada
satu murid yang memiliki keterbatasan khusus, dan ia suka sekali game berbau
kekerasan, sepertai mortal kombat,
streetfighter,dll.sesekali
penulis coba mainkan game tersebut, menjalin komunikasi dengan anak tersebut,
diskusi mengenai game tersebt. Dan hasilnya lambat laun hubungan yang dulunya
tidak terlihat baik kini mulai semakin terbuka. Hanya karena rela menyisihkan
waktu untuk bermain game yang dimainkan oleh anak tersebut guna meningkatkan hubungan.
BUKAN HANYA TANGGUNG
JAWAB GURU
jika kita lihat semua beban kenakalan yang terjadi pada masa
ini tidak sepenuhnya masalah guru tetapi hal ini sudah seharusnya menjadi
sorotan-sorotan para orang tua jaman sekarang. Pembentukan pertama itu dari
keluarga terlebih dahulu,karena pendidikan paling pertama itu adalah pendidikan
dalam keluarga, sikap seorang ayah kepada ibu, ibu kepada ayah, ato orang tua
kepada orang lain itu tersimpan dalam memori anak tersebut.. sekolah bukan
bengkel yang bakal dengan cepat merubah kebiasaan buruk seorang anak.
Untuk menghadapi jaman ini perlu kerjasama baik orang tua
maupun guru, baik lembaga sekolah maupun rumah tangga. Terlebih lagi jika anda
tergerak menjadi seoran guru anda bisa merenungkan tantangan dan beban yang
anda akan hadapi. Tetapi jangan takut karena itu merupakan tantangan yang harus
anda taklukan, sehingga generasi kedepan ini dapat menjadi sebuah aset kebaikan
untuk bangsa kita.
(source gambar: google)
Add caption |
baik sekali
BalasHapus